.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }
Your Adsense Link 728 X 15

Melestarikan Singo Ulung

Posted by Kustio Delta Haryono Friday, 5 October 2012 0 comments
Liputan6.com, Bondowoso: Pemerintah Hindia Belanda pernah melarang Kesenian Singo Wulung dipentaskan oleh warga Bondowoso, Jawa Timur. Sebab, bangsa Kolonial tidak suka tema yang diangkat dalam kesenian warisan Raden Singo Wulung ini menjadi alat perlawanan terhadap mereka. Tapi itu dulu. Kini, penduduk Bondowoso leluasa mementaskan Singo Wulung sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang diterima. Seperti juga yang dilakukan di Desa Blimbing yang menggelar kesenian tradisional itu pada acara selamatan bersih desa, baru-baru ini.

Seni tari Singo Wulung mengisahkan perjuangan seorang satria asal Kadipaten Blambangan bernama Raden Singo Wulung, sekitar abad 18. Ketika itu, Raden Singo Wulung berjuang melawan Majapahit yang mencoba menghancurkan kerajaannya. Bala tentara Kadipaten Blambangan cerai berai diserbu Kerajaan Majapahit dan melarikan diri ke daerah Blimbing, Kecamatan Tamanan, Bondowoso.

Selama mengungsi ke Desa Blimbing, Raden Singo Wulung menciptakan tarian yang menceritakan refleksi perjalanan hidupnya. Banyak gerak-gerik tariannya diilhami perilaku hewan seperti harimau dan singa yang juga disakralkan penduduk setempat. Harimau melambangkan keteguhan hati Raden Singo Wulung melawan segala godaan hawa nafsu. Akhirnya, setelah ia wafat, warga masih menggelar tarian Singo Wulung pada Bulan Ruwah menurut kalender Jawa.(KEN/Christanto Raharjo)

0 comments:

Post a Comment