.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }
Your Adsense Link 728 X 15

Topeng Kuna (Topeng Kuno)

Posted by Kustio Delta Haryono Thursday, 4 October 2012 0 comments
  Latar Belakang Seni Pertunjukan
Topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah. Biasanya topeng dipakai untuk mengiringi musik kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. Bentuk topeng bermacam-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan lembut, dan adapula yang menggambarkan kebijaksanaan. Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur. Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan. Topeng masuk Indonesia pada sekitar abad ke-17. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari. Wujud topeng yang diekspresikan oleh manusia pada awalnya adalah untuk upacara keagamaan, dan kemudian diekspresikan juga melalui bentuk atraksi untuk menyertai berbagai ritual tertentu. Topeng di berbagai daerah umumnya dapa berupa aktifitas penghormatan berupa adegan sesembahan (pemujaan) atau memperjelas watak (karakter) tertentu dalam sajian seni pertunjukan. Bentuk topeng bermacam-macam, hal ini disebabkan oleh prilaku adaptif dari manusia yang mengimitasi berbagai objek, misalnya menggambarkan binatang dalam bentuk atraksi ritual ‘perburuan’, menggambarkan roh-roh atau mahluk-mahluk mitolisi tertentu. Pada perkembangannya, topeng lebih sepesifik juga menggambarkan watak manusia, dan tempramental emosionalnya, seperti: marah, ada yang lembut, dan adapula yang kebijaksanaan.
Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni. Tidak hanya karena artistik, tetapi juga menyimpan nilai-nilai yang bersifat simbolis. Karena topeng dalam kehidupan ini telah menunjukan sesuatu yang bersifat esensial yaitu menyembunyikan ‘wajah’ asali dari seseorang. Artinya wajah seseorang memang sengaja tidak boleh diperlihatkan secara umum. Hal ini sangat jelas diturunkan oleh konsep yang bersifat transendental (tuhan). Alam transendental dalam berbagai pemahaman religius menunjukan aspek ‘ketabuan’, bahwa tidak ada yang dengan sengaja berani atau mampu menggambarkan ‘wajah’ sifat transendental. Sehingga konsep tentang ‘Dewa Raja’ sangat ditabukan untuk ditatap langsung oleh rakyat. Demikian juga rakyat, pada umumnya rakyat juga tidak diperkenankan untuk menatap langsung ‘raja’, oleh karena itu untuk menunjukan kepatuhan seringkali rakyat yang menghadap raja selalu mengenakan topeng, atau sengaja ditutup dengan topeng tertentu. Aspek yang dianggap tabu itu mengakibatkan mendasari berbagai konsep kesenian etnik, bahwa jika orang yang tampil di atas penggu selalu mengenakan topeng, atau membuat sikapnya berubah dan bertentangan (paradox) dengan watak aslinya.
Pengertian yang paling mendasar dari ‘topeng’ adalah benda menutup wajah agar dapat mengubah atau membentuk karakteristik wajah yang baru. Penyimpanan wajah asli ini dimaksudkan sebagai simbol, bahwa aspek yang sesungguhnya sifat selalu disembunyikan agar tidak sesegera mungkin di ketahui oleh orang lain, bahkan banyak orang yang sengaja mencari wajah baru yang membuat dirinya tampil seperti apa yang dipikirkan.
            Topeng Kona yang artinya Topeng Kuno. Asal usul Topeng Kona berangkat dari Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso. Mengapa disebut Topeng Kona? Karena sebelum topeng lain ada atau perkembangan topeng versi lain ada, khususnya di Desa Blimbing, topeng tersebut ada pertama kali.
            Topeng Kona merupakan serangkaiaan dari seni pertunjukan pertunjukan Singo Ulung yang bersifat sebagai sarana upacara bersih desa atau sarana dalam upacara ritual, dan jenis seni tersebut masih tetap berlangsung sampai sekarang. Singo Ulung sebagai seni pertunjukan yang hidup di desa Blimbing, kecamatan Klabang, kabupaten Bondowoso, dirintis oleh seorang tokoh masyarakat bernama Mulbi. Kesenian ini diperkirakan lahir pada tahun 1942M. seni pertunjukan ini menyajikan cerita tentang kisah seorang pendiri desa bernama Juk Seng atau Mbah Singo yang disertai dengan atraksi – atraksi yaitu Topeng Kona (Topeng yang ada pertama kali di daerah tersebut), tandhak putri (tarian yang dilakukan oleh seorang pria dengan menggunakan pakaian wanita), dan ojung (atraksi yang dilaksanakan oleh dua orang pemain yang masing-masing peraga menggunakan property sebuah cambuk dari rotan). Kesenian tersebut merupakan sarana upacara bersih desa. Dan dalam hal ini Singo Ulung juga bias digunakan sebagai atraksi tunggal, tetapi yang paling pokok adalah digunakan untuk arak-arakan keliling desa pada saat pelaksanaan upacara bersih desa tersebut. Arak-arakan ini disebut arak Nangger. di daerah Bondowoso, terdapat jenis seni pertunjukan pertunjukan Singo Ulung yang bersifat sebagai sarana upacara bersih desa atau sarana dalam upacara ritual, dan jenis seni tersebut masih tetap berlangsung sampai sekarang. Singo Ulung sebagai seni pertunjukan yang hidup di desa Blimbing, kecamatan Klabang, kabupaten Bondowoso, dirintis oleh seorang tokoh masyarakat bernama Mulbi. Kesenian ini diperkirakan lahir pada tahun 1942M. seni pertunjukan ini menyajikan cerita tentang kisah seorang pendiri desa bernama Juk Seng atau Mbah Singo yang disertai dengan atraksi – atraksi yaitu Topeng Kona (Topeng yang ada pertama kali di daerah tersebut), tandhak putri (tarian yang dilakukan oleh seorang pria dengan menggunakan pakaian wanita), dan ojung (atraksi yang dilaksanakan oleh dua orang pemain yang masing-masing peraga menggunakan property sebuah cambuk dari rotan). Kesenian tersebut merupakan sarana upacara bersih desa. Dan dalam hal ini Singo Ulung juga bias digunakan sebagai atraksi tunggal, tetapi yang paling pokok adalah digunakan untuk arak-arakan keliling desa pada saat pelaksanaan upacara bersih desa tersebut. Arak-arakan ini disebut arak Nangger.

2.      Tokoh
a.       Asal Usul
Topeng Kona merupakan simbolik dari Demang di desa tersebut yang bernama Juk Seng (Jujuk Sengah). Jujuk yang artinya embah, Sengah yang artinya Singa.
b.      Identitas
Juk seng  yang digambarkan pada topeng kona, ada dua warna pada topeng kona yaitu topeng warna putih dan topeng warna merah. Dia keberadaan juk seng di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso. adalah seorang demang di desa tersebut
c.       Karakteristik
Topeng Konah mempunyai dua warna yaitu warna putih dan warna merah. Kedua warna topeng tersebut mempunyai makna yang berbeda.
1.      Topeng warna putih
Artinya Mbah Singo yang menjadi Demang mempunyai sifat bijaksana, berhati mulia, pikiran jernih, dan sabar. Pada dasarnya warna putih menyimbolkan kesucian, karenanya sering digunakan pada upacara pernikahan, juga ketepatan, ketidak bersalahan, kebersihan, dan banyak digunakan di rumah-rumah sakit sebagai tanda kesetrilan. Dalam seni pertunjukan warna putih memiliki makna Pancaran warna bersih. Mewakili karakteristik yang bersih dan suci. Dalam seni pertunjukan dapat diartikan perlambangan, perbuatan tingkah laku, harapan, penunjukan sifat dan perbuatan baik hubungannya dengan kesucian diri.
2.      Topeng warna merah
Masih ada kaitannya dengan topeng yang berwarna putih tadi, apabila ada musuh atau lawan sekiranya menjadi marabahaya pada wilayah kekuasaannya muncullah rasa kewibawaan dan ketegasannya, yang berdasarkan kesaktian yang dimilikinya sehingga berubah menjadi warna merah dimana warna tersebut simbolkan dengan memuncaknya emosi Mbah Singo dan beralih rupa menjadi topeng berwarna merah. Pada dasarnya warna merah menyimbolkan hasrat, intensitas, dan keinginan besar untuk selalu maju. Juga menyimbolkan kehangatan, cinta, nafsu, power, dan energi. Dalam budaya oriental, merah sangat disukai karena memiliki arti bahagia. Dalam seni pertunjukan warna merah memiliki maknacahaya yang terang berkarakter. Sebagai perlambang keberanian. Identik dengan warna darah merah yang berfilosofi gambaran nafsu duniawi. Dalam seni pertunjukan warna merah dimaknai dengan sifat: keras hati, kurang sabar, pemberani, angkara murka, ingin menang sendiri.
Pada topeng Kona sendiri ada dua versi bentuk, untuk yang warna merah ada yang bergigi rata dan bertaring, begitu juga dengan yang warna putih ada yang bergigi rata dan bertaring. Bila kita melihat dari aspek lain ada suatu upacara yang dilakukan suatu daerah yaitu sebuah upacara potong gigi di mana pada intinya upacara itu adalah membuang sifat kebinatangan dari orang yang di potong giginya. Di Bali upacara potong gigi lebih dikenal dengan Metatah.Metatahpadadasarnyabukanmemotonggigidalamartisebenarnya, melainkandikikir.Upacarainimerupakan ritual keagaman yang wajibdilakukanolehseluruhpemeluk agama Hindu di Bali.Upacarainidilakukandengantujuanmembunuhenammusuhdalamdirimanusia yang dianggapkurangbaikuntukhidupmanusianantinya.Enammusuhdalamdirimanusiatersebutpadadasarnyamerupakansifat-sifatdalamdirimanusiaatau Sad Ripu.Sad Ripusendiriterdiridari Kama yaknihawanafsu, Lobaatauketamakan, Krodhaataukemarahan yang tidakdapatdikendalikan, Madaataukemabukan, Mohaataukebingungan, sertaMatsaryaatauiridengki yang menyebabkanpermusuhan.

3.      Kedudukan Tokoh Dalam Seni Pertunjukan
            Topeng Kona merupakan serangkaiaan dari seni pertunjukan pertunjukan Singo Ulung yang bersifat sebagai sarana upacara bersih desa atau sarana dalam upacara ritual, dan jenis seni tersebut masih tetap berlangsung sampai sekarang. Singo Ulung sebagai seni pertunjukan yang hidup di desa Blimbing, kecamatan Klabang, kabupaten Bondowoso, dirintis oleh seorang tokoh masyarakat bernama Mulbi. Kesenian ini diperkirakan lahir pada tahun 1942M. seni pertunjukan ini menyajikan cerita tentang kisah seorang pendiri desa bernama Juk Seng atau Mbah Singo yang disertai dengan atraksi – atraksi yaitu Topeng Kona (Topeng yang ada pertama kali di daerah tersebut), tandhak putri (tarian yang dilakukan oleh seorang pria dengan menggunakan pakaian wanita), dan ojung (atraksi yang dilaksanakan oleh dua orang pemain yang masing-masing peraga menggunakan property sebuah cambuk dari rotan). Kesenian tersebut merupakan sarana upacara bersih desa. Dan dalam hal ini Singo Ulung juga bias digunakan sebagai atraksi tunggal, tetapi yang paling pokok adalah digunakan untuk arak-arakan keliling desa pada saat pelaksanaan upacara bersih desa tersebut. Arak-arakan ini disebut arak Nangger. di daerah Bondowoso, terdapat jenis seni pertunjukan pertunjukan Singo Ulung yang bersifat sebagai sarana upacara bersih desa atau sarana dalam upacara ritual, dan jenis seni tersebut masih tetap berlangsung sampai sekarang. Singo Ulung sebagai seni pertunjukan yang hidup di desa Blimbing, kecamatan Klabang, kabupaten Bondowoso, dirintis oleh seorang tokoh masyarakat bernama Mulbi. Kesenian ini diperkirakan lahir pada tahun 1942M. seni pertunjukan ini menyajikan cerita tentang kisah seorang pendiri desa bernama Juk Seng atau Mbah Singo yang disertai dengan atraksi – atraksi yaitu Topeng Kona (Topeng yang ada pertama kali di daerah tersebut), tandhak putri (tarian yang dilakukan oleh seorang pria dengan menggunakan pakaian wanita), dan ojung (atraksi yang dilaksanakan oleh dua orang pemain yang masing-masing peraga menggunakan property sebuah cambuk dari rotan). Kesenian tersebut merupakan sarana upacara bersih desa. Dan dalam hal ini Singo Ulung juga bias digunakan sebagai atraksi tunggal, tetapi yang paling pokok adalah digunakan untuk arak-arakan keliling desa pada saat pelaksanaan upacara bersih desa tersebut. Arak-arakan ini disebut arak Nangger.

4.      Makna Tokoh
Topeng Kona merupakan simbolik dari Demang di desa tersebut yang bernama Juk Seng (Jujuk Sengah). Jujuk yang artinya embah, Sengah yang artinya Singa. Karena untuk mengenang jasa Juk Seng, maka dibuatlah topeng dan tariannya oleh Mbah Mulbi sebagai kepala desa di desa tersebut, topeng ini lahir atau ada pada tahun 1942.Tari Topeng Kona ini masih berkaitan dengan kesenian Ronteg Singo Ulung, karena Tari Topeng Kona ini merupakan bagian dari Kesenian Ronteg Singo Ulung. Nama Juk Seng dikenang di desa tersebut,  Karena perjuangan Juk Seng ketika sebelum menjadi Demang, beliau berjuang di dalam hutan (tanah perdikan) di wilayah tersebut. Pada dasarnya wilayah itu sudah ada yang menghuni yaitu bernama Jasiman dan pengikutnya, kemudian terjadilah pertempuran antara Juk Seng dan Mbah Jasiman memperebutkan wilayah kekuasaan hutan perdikan itu, selanjutnya telah terjadi pertarungan dengan adu kesaktian dan menancapkan Sodo Lanang dan siapa yang bisa mencabut itulah pemenangnya.
Dengan kesaktian yang luar biasa Juk Senglah pemenangnya, yang bisa mencabut Sodo Lanang tersebut dan bekas tancapan mengeluarkan atau memancarkan air dari dalam tanah yang dinamakan Olba’ (bahasa Madura). Kemudian disepakati oleh para pengikut keduanya sebagai pemenang adalah Juk Seng dan semua pengikut Juk Seng dan Mbah Jasiman gugur gunung kerja keras membabat hutan dan didalamnya terdapat banyak pohon belimbing, kemudian wilayah tersebut dinamakan Kademangan Blimbing dan Juk Seng dinobatkan sebagai Demang di wilayah tersebut.
Juk Seng bisa berubah wujud menjadi Singo, karena itu sebutannya adalah Mbah Singo atau Singo Ulung karena didalam pertempurannya, Juk Seng selalu menjadi pemimpin, dan  Juk Sengpun selalu menang dan tidak pernah terkalahkan. Juk Seng juga bersahabat dengan binatang Singa.
Menurut legenda yunani Konon, tugas pertama dari dua belas tugas yang diberikan oleh Dewi Hera pada Herkules adalah membunuh singa raksasa Nemea yang sangat terkenal akan kebuasannya. Begitu perkasanya Singa Nemea itu, hingga panah Hercules pun mental, tak menggoresnya sedikit pun. Pedangnya terbelah menjadi dua dan senjata kayunya hancur berkeping-keping. Konon, Singa Nemea memiliki kulit yang tak dapat ditembus oleh besi, perunggu, dan kayu. Karena tak ada satu senjata pun yang dapat membantu Herkules membunuh singa buas tersebut, maka Herkules pun hanya dapat mengandalkan kedua tangannya. Mereka bergulat dengan sengit sampai akhirnya Hercules mencekik Singa Nemea itu sampai mati. Herkules berhasil memenangkan pertarungan sengit itu dan menyelesaikan tugasnya. Kemudian, ia menguliti singa yang telah tak bernyawa itu dengan cakar sang singa sendiri, lalu mengenakan kulit sakti itu pada tubuhnya sebagai jubah sehingga ia terjaga dari bahaya. Hera sangat marah mendengar kemenangan Herkules. Ia mengirim jiwa Singa Nemea itu jauh ke atas langit untuk mengenang pertarungan hebat itu dan hingga saat ini dapat dilihat sebagai Rasi Leo yang indah, tidak lagi mematikan. Begitulah Rasi Leo seperti dikisahkan dalam mitologi Yunani. Agaknya, sejak zaman dahulu, jauh sebelum mitologi Yunani itu berkembang, singa telah menjadi lambang kekuatan dan kekuasaan bagi banyak peradaban manusia. Orang-orang Mesir kuno menyembah Dewa Singa, dewa yang sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka percaya bahwa dunia diciptakan ketika matahari terbit di Rasi Leo, dekat Bintang Denebola. Orang-orang Sumeria sejak dahulu juga telah melihat bentuk singa pada rasi ini. Orang-orang Persia menyebut rasi ini sebagai Ser. Orang-orang Turki menamainya Artan. Orang-orang Syria menyebutnya Aryo. Orang-orang Yahudi menyebut rasi ini Arye dan orang-orang Babylonia menyebutnya Aru. Beragam sebutan tetapi maknanya tetap satu, yaitu singa.

5.      Kesimpulan
Topeng adalah benda menutup wajah agar dapat mengubah atau membentuk karakteristik wajah yang baru. Penyimpanan wajah asli ini dimaksudkan sebagai simbol, bahwa aspek yang sesungguhnya sifat selalu disembunyikan agar tidak sesegera mungkin di ketahui oleh orang lain, pada seni pertunjukan topeng di Daerah Bondowoso yaitu pada topeng Kona yang artinya Topeng Kuno. Topeng Kona berangkat dari Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso.Topeng Kona ini merupakan simbolik dari Demang di desa tersebut yang bernama Juk Seng (Jujuk Sengah). Jujuk yang artinya embah, Sengah yang artinya Singa. Karena untuk mengenang jasa Juk Seng, maka dibuatlah topeng dan tariannya oleh Mbah Mulbi sebagai kepala desa di desa tersebut, topeng ini lahir atau ada pada tahun 1942. Topeng Konah mempunyai dua warna yaitu warna putih dan warna merah. warna putih memiliki makna Pancaran warna bersih dan Mewakili karakteristik yang bersih dan suci pada juk seng yang menjadi Demang mempunyai sifat bijaksana, berhati mulia, pikiran jernih, dan sabar. warna merah menyimbolkan Warna merah menandakan hasrat, intensitas, dan keinginan besar untuk selalu maju. Juga menyimbolkan kehangatan, cinta, nafsu, power, dan energi. Topeng Kona merupakan serangkaiaan dari seni pertunjukan pertunjukan Singo Ulung yang bersifat sebagai sarana upacara bersih desa atau sarana dalam upacara ritual, dan jenis seni tersebut masih tetap berlangsung sampai sekarang. Singo Ulung sebagai seni pertunjukan yang hidup di desa Blimbing, kecamatan Klabang, kabupaten Bondowoso,

0 comments:

Post a Comment