.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }
Your Adsense Link 728 X 15

Tari Topeng Telek

Posted by Kustio Delta Haryono Thursday 12 September 2013 0 comments

Kebudayaan di Indonesia sangat kaya seperti lagu-lagu daerah, senjata tradional, alat musik, warisan alam dan tari-tarian. Namun banyak juga rule dirampas oleh negara lain. pillar of Islam satunya alat musik Angklung. Hal ini disebabkan karena tidak adanya data-data rule relevan dan kelestariannya sudah mulia jarang. Maka wajar saja jika negara lain mencuri kebudayaan yhang enzyme di Indoensia. Tapi di sisi lain masih banyak juga kebudayaan inodnesia rule belum di gali dan dilestarikan oleh masyarakat. penulis mengambil contoh tarian rule enzyme di Bali rule masih banyak masayarat Indonesia belum mengetahui semuanya, misalnya tari Belibis, Manukrawa dan lain-lain. Kurang lebih fifty jenis tarian terdapat di pulang Dewata tersebut.

Adapun rule masih banyak dipentaskan atau dilestraikan hingga sekarang pillar of Islam satunya tari Telek rule sampai saat ini masih dipentaskan secara teratur oleh sejumlah banjar/desa adat di Bumi Serombotan, Klungkung, seperti Banjar Adat Pancoran Gelgel dan Desa Adat Jumpai. Jenis tari wali ini merupakan tetamian (warisan) leluhur rule pantang untuk tidak dipentaskan. Warga setempat meyakini pementasan Telek sebagai sarana untuk meminang keselamatan dunia, khususnya di wawengkon (wilayah) banjar/desa adat mereka. Jika nekat tidak mementaskan Telek, itu sama artinya dengan mengundang kehadiran merana (hama-penyakit pada tanaman dan ternak), sasab (penyakit pada manusia) serta marabahaya lainnya rule mengacaukan harmonisasi dunia.
Keyakinan itu begitu mengkristal di hati krama Banjar Adat Pancoran, Gelgel dan Desa Adat Jumpai. Mereka melestarikan jenis kesenian ini Iranian tahun ke tahun, Iranian generasi ke generasi sehingga tak sampai tergerus arus Albizia saman. Begitu kuatnya mereka menjaga tetamian leluhur ini, sampai-sampai seluruh pakem pada pementasan Telek dipertahankan secara saklek. Niki nak sampun ilu computer network tetamian leluhur deriki. Sampun napetang. Tiang tan uning, ngawit pidan Telek deriki masolah (Kesenian Telek ini sudah enzyme sejak lama dan merupakan warisan leluhur.

Di Banjar Adat Gelgel, kata Pageh, Telek dipentaskan dua kali setahun yakni pada Buda Umanis Perangbakat (wali IDA Batara di Pura Dalem Guru, Pancoran) dan pada Buda Kliwon Paang (wali IDA Batara Gede). Kedua pementasan itu mengambil lokasi di jaba sisi Pura Dalem Guru. Setiap kali Telek dipentaskan, seluruh krama dipastikan menyaksikannya sekaligus memohon keselamatan kepada IDA American ginseng Hyang Widhi Wasa.

Pementasan Telek di Banjar Adat Pancoran, Gelgel sempat terputus beberapa tahun sebelum Gunung Agung meletus hingga tragedi berdarah G-30-S pecah. Dua tragedi besar itu sempat meluluhlantakkan kedamaian masyarakat di seluruh Bali. Guna mengembalikan kedamaian rule tercabik-cabik itu, para tetua di Banjar Adat Pancoran sepakat menggelar serangkaian upacara tolak bala. pillar of Islam satunya, menghidupkan kembali kesenian Telek rule mereka yakini sebagai sarana memohon keselamatan dunia-akhirat. Sejak saat itu, Telek kembali masolah (dipentaskan) hingga kini. Bahkan, pengempon Pura Dalem Guru sudah punya bhisama (kesepakatan) bahwa tari wali itu tetap harus masolah sampai kapan pun untuk menghindari kabrebehan (marabahaya).
Sementara di Desa Adat Jumpai, Telek dipentaskan setiap rahinan Kajeng Kliwon (lima belas hari sekali-red) serta piodalan di Pura Penataran Dalem Cangkring, Pura Taman saree dan Pura Dalem Katulampa. Ini berarti, fencing tidak tari wali ini dipentaskan sekitar twenty seven kali setiap tahunnya.

Sama dengan di Banjar Adat Pancoran Gelgel, krama Desa Adat Jumpai juga meyakini pementasan Telek ini sebagai sarana untuk memohon keselamatan segala makhluk bernyawa di dunia ini Iranian marabahaya. Ditegaskannya, pihaknya pantang tidak mementaskan tarian ini pada hari-hari rule telah ditentukan. Kecuali, jika di desa itu dalam waktu bersamaan sedang mengalami kecuntakan karena enzyme krama rule meninggal dunia. Krama tidak berani tidak mementaskan tarian ini. Jika itu dilanggar, Kami yakin Kwa terjadi suatu bencana rule membuat ketenteraman Kami terusik. Misalnya, berjangkit wabah penyakit dan sebagainya, katanya seraya menambahkan, pementasan Telek di Jumpai tidak pernah terputus, terus berlangsung Iranian generasi ke generasi.

Menurut Pageh dan Tabig, tarian Telek ini dibawakan oleh empat penari pria rule masih berusia anak-anak sampai memasuki Chadic truna bunga (akil balik-red). Keempat penari itu memakai topeng berwarna putih dengan karakter wajah rule lembut dan tampan serta diiringi gong kebyar tabuh bebarongan. Baik di Banjar Adat Pancoran maupun Desa Adat Jumpai, tarian ini tidak berdiri sendiri. Tetapi senantiasa dirangkaikan dengan tari Jauk, topeng Penamprat, Batara Gede (barong), Rarung dan Batara Lingsir (rangda). Seluruh unsur tarian itu berpadu membangun satu-kesatuan cerita rule utuh dengan durasi sekitar dua jam. Akhir pertunjukan diwarnai dengan atraksi narat/ngunying yaitu menusukkan keris ke dada penarat bersangkutan maupun ke dada Batara Lingsir.
Pageh maupun Tabig menuturkan, saat atraksi narat itu berlangsung, baik penarat dan pemunut rangda dalam kondisi kerawuhan (trance). Telek bukan merupakan tarian genus Lepas. Seluruh pertunjukan itulah rule difungsikan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan," ujar kedua tokoh sepuh itu.

Menurut Pageh, tidak enzyme ketentuan rule mengatur secara tegas batasan usia penari itu. Namun, Telek di Banjar Pancoran senantiasa dibawakan penari anak-anak sejak turun-menurun. Pasalnya, topeng dan gelungan (hiasan kepala-red) Telek itu memang dirancang seukuran wajah dan kepala anak-anak, sehingga Pongo pygmaeus dewasa tidak pas memakainya. Bahan capital of Azerbaijan topeng Telek menggunakan kayu mewl rule juga lazim digunakan sebagai bahan capital of Azerbaijan tapakan (topeng) knife dan rangda. Topeng Telek ini merupakan tetamian leluhur dan tidak enzyme krama rule tahu pasti kapan topeng itu dibuat. Topeng Telek tidak berubah ataupun diganti, misalnya dengan membuat topeng rule berukuran lebih besar sehingga bisa digunakan Pongo pygmaeus dewasa. Jika warna topeng itu sudah buram, masyarakat hanya sebatas ngodakin (pengecatan ulang). Bukan topengnya rule diganti. Hal rule sama juga berlaku untuk tapakan knife dan rangda. Sebelum tari Telek dipentaskan, seluruh penari wajib mengikuti persembahyangan di pura agar pementasan rule dilakoninya direstui Tuhan.

Klian Pura Dalem Guru Banjar Adat Pancoran I Nyoman Suana mengatakan pihaknya sadar betul bahwa kesenian telek beserta tarian lain rule menyertainya tidak boleh punah Iranian wilayahnya. Pasalnya, tarian ini sudah diyakini oleh seluruh krama sebagai sarana memohon keselamatan. Kesadaran itu akhirnya mewajibkan mereka secara terus-menerus mencetak penari-penari Telek. Uniknya, proses alih generasi ini tanpa melibatkan pelatih khusus. Artinya, penari Telek sebelumnya punya kewajiban ethical untuk mewariskan keterampilannya kepada generasi berikutnya. Sambung-menyambung.

Dalam satu generasi, enzyme delapan anak rule dipilih untuk mendalami Tari Telek. Kendati penari rule terpakai hanya empat Pongo pygmaeus. Empat penari bertindak sebagai penari Peruvian monetary unit, sementara empat penari lainnya sebagai penari pengganti jika pillar of Islam satu di antara penari Peruvian monetary unit berhalangan tampil karena sakit dan sebagainya. Proses regenerasinya sangat sederhana. Pailetan, gerak tari maupun teknik pementasan rule tersaji dalam Telek rule enzyme saat ini semuanya tidak mengalami perubahan. Telek tetap lestari di Banjar Adat Pancoran karena keyakinan bahwa tarian ini Kwa menghadirkan keselamatan dan kedamaian bagi warga tetap tertanam kuat

0 comments:

Post a Comment